20 July 2006

ADA APA DENGAN PERNIKAHAN

Benarkah menikah didasari oleh kecocokan? Kalau dua-duanya doyan musik, berarti ada gejala bisa langgeng..
Kalau sama-sama suka sop buntut berarti masa depan cerah...
(is that simple?........)

Berbeda dengan sepasang sandal yang hanya punya aspek kiri dan kanan, menikah adalah persatuan dua manusia, pria dan wanita. Dari anatomi saja sudah tidak sebangun, apalagi urusan jiwa dan hatinya.

Kecocokan, minat dan latar belakang keluarga bukan jaminan segalanya akan lancar.. Lalu apa? MENIKAH adalah proses pendewasaan. Dan untuk memasukinya diperlukan pelaku yang kuat dan berani. Berani menghadapi masalah yang akan terjadi dan punya kekuatan untuk menemukan jalan keluarnya.

Kedengarannya sih indah, tapi kenyataannya? Harus ada 'Komunikasi Dua Arah', 'Ada kerelaan mendengar kritik', 'Ada keikhlasan meminta maaf', 'Ada ketulusan melupakan kesalahan, dan keberanian untuk mengemukakan pendapat'.

Sekali lagi MENIKAH bukanlah upacara yang diramaikan gending cinta, bukan rancangan gaun pengantin ala cinderella, apalagi rangkaian mobil undangan yang memacetkan jalan.

MENIKAH adalah berani memutuskan untuk berlabuh, ketika ribuan kapal pesiar yang gemerlap memanggil-manggil

MENIKAH adalah proses penggabungan dua orang berkepala batu dalam satu ruangan dimana kemesraan, ciuman, dan pelukan yang berkepanjangan hanyalah bunga.

Masalahnya bukanlah menikah dengan anak siapa, yang hartanya berapa, bukanlah rangkaian bunga mawar yang jumlahnya ratusan, bukanlah perencanaan berbulan-bulan yang akhirnya membuat keluarga saling tersinggung, apalagi kegemaran minum kopi yang sama...

MENIKAH adalah proses pengenalan diri sendiri maupun pasangan anda.
Tanpa mengenali diri sendiri, bagaimana anda bisa memahami orang lain...?? Tanpa bisa memerhatikan diri sendiri, bagaimana anda bisa memperhatikan pasangan hidup...??

MENIKAH sangat membutuhkan keberanian tingkat tinggi, toleransi sedalam samudra, serta jiwa besar untuk 'Menerima' dan 'Memaafkan'.

(daimbil dari forum tempat kubergaul hehehe)

meskipun telah menikah, sampai sekarang saya masih suka bergetar mendengar suaranya
dan masih tak kuat memandang matanya yang menembus sampai ke tulang

7 comments:

  1. pernikahan ... berat tapi indah
    tidak akan tahu seseorang sebelum menyelami ....

    ReplyDelete
  2. gw blm nikah..jd ga tau..tp membaca tulisan lo gw jd terinspirasi.tapi kapan ya..:-)

    ReplyDelete
  3. to anon:
    hmmm emang berat ya? hehehe
    jangan terlalu gitu lah, yang belum menyelami belum tentu "tidak tahu" loh... mungkin belum meresapi aja...

    to uknee:
    sekalian promosi dong yun hehehe

    ReplyDelete
  4. bila saja boleh berandai....
    umpama serupa pendakian .. langkah gontai menopang beban berat di pundak menapaki bebatuan tuju sebuah puncak ... akan terhapus dengan indah nya hamparan edelweis ... harum semerbak udara lembab tanpa ada bauran timbal di dalamnya ......

    selami air yang bernama lautan ... akan lebih mudah merasa bagaimana resapan airnya menjalari tubuh ....

    gitu kali ya ....

    mohon maaf ....

    ReplyDelete
  5. puitis sekali saudara anon, sepertinya saya tahu siapa anda ;) soalnya pake maaf segala
    dan menyerupakannya dengan mendaki puncak :D

    tapi, ngomong-ngomong soal puncak....
    sampai saatnya mati pun sepertinya manusia yang dinamis akan terus mendaki.
    kalau baru menikah saja sudah mencapai puncak, itu artinya tujuan hidup adalah menikah hehehe

    menikah,adalah menemukan wajah teduh pada saat kita ingin beristirahat sejenak di sela pendakian hidup..
    menjadi diri kita seutuhnya

    ReplyDelete
  6. Enlightment thought...
    Is he the one...the man u married with is ur soulmate?

    ReplyDelete
  7. thanks for your comment

    is he my soulmate?
    definitely YES ^_^
    he is the one

    ReplyDelete