Tanah Baru Tanah Air Kedua mengisahkan perjuangan kehidupan seorang guru di daerah transmigrasi bernama
Samirin (saya kadang silap membacanya menjadi Sarimin). Apa saja tantangan yang
harus ia hadapi, bagaimana kondisi alam dan sosial disana, bagaimana keadaan
daerah Kalimantan Selatan pada awal dibukanya lahan transmigrasi (mungkin sekitar tahun
1980 sekian), bagaimana kehidupan keluarganya. Selain itu juga diceritakan kekhasan
etnis-etnis pendatang yang mendiami kawasan tersebut.
Saya pernah
mengunjungi beberapa tempat di Kalimantan Selatan sekitar tahun 2006 atau
belasan tahun kemudian. Sambil membaca buku tersebut saya ikut membayangkan
perjalanan saat melewati Banjarmasin, Pleihari, Banjar Baru, kotakota yang
pernah saya singgahi.
Dari buku ini tergambar kesulitan para transmigran perintis termasuk juga para guru yang didatangkan dari Pulau Jawa, dalam memenuhi kebutuhan dasarnya. Untuk mendapatkan sayur mayur mereka harus menanam sendiri benih dan bibit yang cukup sulit diperoleh disana. Sebelum ditanami, lahan jatah mereka juga harus diolah terlebih dahulu karena kondisinya berbeda dengan tanah di daerah asal, belum lagi jika mereka tidak beruntung mendapatkan lahan gambut yang sulit diolah. Benar-benar perjuangan. Bagi yang hobi berkebun, sepertinya membaca buku ini bisa meningkatkan semangat untuk menanam :)
Ini adalah
karya mendiang Nh Dini kesekian yang saya baca, dan seperti biasa saya
menikmati gaya penulisannya yang mengalir sederhana namun memberi makna dan
meninggalkan kesan. Salah satu ciri sebuah buku berkesan untuk saya adalah
munculnya rasa ingin tahu dan penasaran. Setelah membaca buku ini saya mengecek
google map, ingin mengetahui bagaimana penampakan daerah-daerah yang
diceritakan dalam kisah ini.
Nh. Dini
adalah penulis produktif yang memiliki cukup banyak karya yang dipublikasikan.
Ini membuat saya tenang mengetahui banyak tulisan bagus lain karyanya yang bisa
saya baca setelah ini.
No comments:
Post a Comment