Diluar kondisi pandemi covid, bagi kami sekeluarga lebaran tahun ini
berlangsung santai dan damai dan Alhamdulillah tetap membahagiakan.
Pagi-pagi kami melaksanakan shalat Idul Fitri berempat di
dalam rumah. Sebenarnya warga tempat tinggal kami mengadakan shalat Ied di
jalanan depan rumah. Tetapi saya dan suami memutuskan untuk tetap shalat di
rumah saja seperti yang dianjurkan pemerintah.
Selepas shalat, kami berempat lanjut
saling maaf-maafan dan tidak lupa mengabadikan momen hari raya dengan berfoto bersama.
Untuk mengenang pandemi, tak lupa kami berfoto versi covid alias memakai masker
yang menjadi new normal masyarakat
dunia saat ini.
Lebaran kali ini saya tidak memasak sama sekali. Agak nggak
enak juga sih, tapi suamiku bilang tidak usah masak-masak karena kakak ipar di
sebelah rumah mengajak makan ketupat bersama di rumahnya. Tadinya saya juga
berniat masak loh, tapi urung melihat pembeli yang berjubel di pasar. Ya
sudahlah, saya juga bukan tipe orang yang suka memaksakan diri, terutama untuk
urusan memasak hehehe.
Acara pun dilanjutkan dengan kumpul bersama keluarga kakak
ipar di rumah sebelah dan menyantap ketupat, opor ayam, semur daging khas hari
raya. Setelah itu kami beramai-ramai melakukan video call lebaran bersama orangtua di Bandung, mertua di Ciputat dan kerabat lainnya.
Nah, berhubung tidak ikut shalat Ied, kami belum maaf-maafan
dengan tetangga. Karena itu saya dan suami pun mengunjungi rumah tetangga
sekitar, mengucapkan salam dan maaf-maafan jarak jauh dengan tetap memakai
masker dan menjaga jarak (hanya sampai pagar). Alhamdulillah
semua tetangga pun sudah menerapkan protokol Idul Fitri yang sama.
Jam baru menunjukkan pukul 09.30 tetapi semua ritual Idul
Fitri sudah selesai ditunaikan. Relatif lebih cepat karena tidak ada acara
makan kue-kue, ataupun acara beramah tamah saat mengunjungi tetangga. Kondisi
pembatasan sosial pun membuat kami tidak bisa mengunjungi rumah orangtua di
Ciputat dan Bandung. Sedih memang, apalagi sudah lama saya tidak ke Bandung menemui
orangtua, adik dan keponakan. Terakhir ke Bandung November 2019 lalu, dan sejak
saat itu belum kesana lagi, kangen berat rasanya terutama sama ponakanku si bayi yang jago gambar roda mobil hihihi.
Kondisi ini seperti kata-kata seorang komika, Abdur Arsyad.
Ia menulis, “Mudik
terjauh lebaran tahun ini adalah pulang kepada diri sendiri”. Kata-kata ini
lumayan mengena buat saya. Apakah diri ini sudah bisa menerima ketetapan atau
masih merasa kesal, tidak menerima dan masih merasa ada ganjalan di hati?
Tahun ini, Hari kemenangan juga menjadi agak berbeda dari
tahun-tahun sebelumnya
Kali ini kemenangan adalah saat diri mampu menahan diri tidak
mudik menemui orang-orang tersayang,
Kemenangan juga adalah ketika tidak ikut beramai-ramai
membeli baju lebaran dan keperluan lebaran,
Kemenangan adalah sejauh mana kita mampu menahan diri demi
menekan penyebaran covid sebagai ikhtiar untuk mempercepat selesainya pandemi
ini.
Selamat Hari Raya Idul Fitri yaa
Mohon Maaf Lahir dan Batin
Have A Blessed Eid!
Huhuhu.. Sediih bacanya.. �� Salam kangen juga dari izhar uwa..������ semoga bisa cepat berkumpul kembali
ReplyDeleteAamiin
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteIni komen apa ya? Belum sempet baca 😅
DeleteHihi..blm smpt baca ya😁
DeleteMaaf lahir bathin ya tan, jadi sedih baca ceritanya..
Semoga pandemi ini segera berlalu ya..
Aamiin.Sama sama Gina. Iya banyak yang penasaran Gina nulis apa kok dihapus hahaha
Deletesedih ya, mbak.. semoga bisa bertemu dgn ramadhan dan lebaran tahun depan dengan suasana yang lebih baik dan lebih meriah
ReplyDeleteAamiin..Semoga ya
Delete