25 May 2020

Our Peaceful Eid


Diluar kondisi pandemi covid,  bagi kami sekeluarga lebaran tahun ini berlangsung santai dan damai dan Alhamdulillah tetap membahagiakan.

Pagi-pagi kami melaksanakan shalat Idul Fitri berempat di dalam rumah. Sebenarnya warga tempat tinggal kami mengadakan shalat Ied di jalanan depan rumah. Tetapi saya dan suami memutuskan untuk tetap shalat di rumah saja seperti yang dianjurkan pemerintah. 

Selepas shalat, kami berempat lanjut saling maaf-maafan dan tidak lupa mengabadikan momen hari raya dengan berfoto bersama. Untuk mengenang pandemi, tak lupa kami berfoto versi covid alias memakai masker yang menjadi new normal masyarakat dunia saat ini.

Lebaran kali ini saya tidak memasak sama sekali. Agak nggak enak juga sih, tapi suamiku bilang tidak usah masak-masak karena kakak ipar di sebelah rumah mengajak makan ketupat bersama di rumahnya. Tadinya saya juga berniat masak loh, tapi urung melihat pembeli yang berjubel di pasar. Ya sudahlah, saya juga bukan tipe orang yang suka memaksakan diri, terutama untuk urusan memasak hehehe.

Acara pun dilanjutkan dengan kumpul bersama keluarga kakak ipar di rumah sebelah dan menyantap ketupat, opor ayam, semur daging khas hari raya. Setelah itu kami beramai-ramai melakukan video call lebaran bersama orangtua di Bandung, mertua di Ciputat dan kerabat lainnya.

Nah, berhubung tidak ikut shalat Ied, kami belum maaf-maafan dengan tetangga. Karena itu saya dan suami pun mengunjungi rumah tetangga sekitar, mengucapkan salam dan maaf-maafan jarak jauh dengan tetap memakai masker dan menjaga jarak (hanya sampai pagar).  Alhamdulillah semua tetangga pun sudah menerapkan protokol Idul Fitri yang sama.

Jam baru menunjukkan pukul 09.30 tetapi semua ritual Idul Fitri sudah selesai ditunaikan. Relatif lebih cepat karena tidak ada acara makan kue-kue, ataupun acara beramah tamah saat mengunjungi tetangga. Kondisi pembatasan sosial pun membuat kami tidak bisa mengunjungi rumah orangtua di Ciputat dan Bandung. Sedih memang, apalagi sudah lama saya tidak ke Bandung menemui orangtua, adik dan keponakan. Terakhir ke Bandung November 2019 lalu, dan sejak saat itu belum kesana lagi, kangen berat rasanya terutama sama ponakanku si bayi yang jago gambar roda mobil hihihi.

Kondisi ini seperti kata-kata seorang komika, Abdur Arsyad. 
Ia menulis, “Mudik terjauh lebaran tahun ini adalah pulang kepada diri sendiri”. Kata-kata ini lumayan mengena buat saya. Apakah diri ini sudah bisa menerima ketetapan atau masih merasa kesal, tidak menerima dan masih merasa ada ganjalan di hati?

Tahun ini, Hari kemenangan juga menjadi agak berbeda dari tahun-tahun sebelumnya

Kali ini kemenangan adalah saat diri mampu menahan diri tidak mudik menemui orang-orang tersayang,

Kemenangan juga adalah ketika tidak ikut beramai-ramai membeli baju lebaran dan keperluan lebaran,

Kemenangan adalah sejauh mana kita mampu menahan diri demi menekan penyebaran covid sebagai ikhtiar untuk mempercepat selesainya pandemi ini.

Selamat Hari Raya Idul Fitri yaa
Mohon Maaf Lahir dan Batin
Have A Blessed Eid!

8 comments:

  1. Huhuhu.. Sediih bacanya.. �� Salam kangen juga dari izhar uwa..������ semoga bisa cepat berkumpul kembali

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ini komen apa ya? Belum sempet baca 😅

      Delete
    2. Hihi..blm smpt baca ya😁
      Maaf lahir bathin ya tan, jadi sedih baca ceritanya..
      Semoga pandemi ini segera berlalu ya..

      Delete
    3. Aamiin.Sama sama Gina. Iya banyak yang penasaran Gina nulis apa kok dihapus hahaha

      Delete
  3. sedih ya, mbak.. semoga bisa bertemu dgn ramadhan dan lebaran tahun depan dengan suasana yang lebih baik dan lebih meriah

    ReplyDelete