09 October 2006

mendadak ketupat

MALAM minggu lalu saya dan kakak ipar bikin janji buka puasa dan sahur bersama di rumah mami di Ciputat... "Mami nanyain terus tuh, kapan mau sahur bareng... ujarnya. Ya, kebetulan tulisan sudah kelar, dan saya sudah kangen sama mami dan suasana kekeluargaan yang kental... jadi sesuai rencana lah. Malam minggu jadi lebih hangat dengan es buah blewah segar sebagai pembuka.

Meski sang kakak ipar yang tinggal di Bekasi nggak jadi ikutan nginep karena ada rapat di kantornya, ternyata di sana ada kakak lain yang sedang menginap.. "Sudah coba ketupatnya belum?", tanyanya.

Oh la la.... ada ketupatnya nih...? waah ternyata kedatangan saya malam itu bertepatan dengan hari ke-15 atau pertengahan bulan puasa. Menyediakan ketupat sayur memang sudah menjadi tradisi warga Betawi di Jakarta setiap hari ke 15 bulan Ramadan.. Hmmm kebetulan sekali, padahal saya nggak tau lho. So, hari itu menu ketupat jadi santapan berbuka saya.. sedaaap.

Untuk makan setelah shalat maghrib, ketupat yang masih hangat disiram kuah sayur yang terbuat dari santan kental dengan potongan kentang dan buncis. Kuah sayur memang berwarna kemerahan karena cabai, untungnya kuah tersebut tidak terlalu pedas..pas nian dengan lidah dan hidung saya yang memang nggak kuat makan yang pedas-pedas...pokoknya nikmat deh... kalo bukan karena rindu shalat tarawih berjamaah di mesjid, mungkin saya masih duduk di meja makan menikmati ketupat hehehe...

Ternyata di mesjid yang cuma beberapa langkah dari rumah, ibu-ibu disana juga sudah menyiapkan ketupat dan sayur untuk di santap setelah shalat tarawih. Ini memang tradisi di betawi, biasanya yang makan bapak-bapak dan para lelaki kata Ina, keponakanku.

Shalat tarawihnya sendiri tak berbeda dengan di Bandung, cuma lebih cepat ^_^
"imam yang ini mah emang ngebut," kata Ina lagi..

Selepas tarawih.... kok laper lagi ya... hihihi. Eh, ternyata bukan cuma saya, yang lain juga sama... jadinya... serbu ketupat lagi deh.... hehehe hmmm.... yummy

No comments:

Post a Comment