20 April 2005

Fwd: ://Narsis.01



---------- Forwarded message ----------
From: seseorang yang masih terlalu pemalu untuk disebutkan namanya
Date: Apr 20, 2005 10:53 AM
Subject: ://Narsis.01
To: < intans@gmail.com>

Aku jadi tertarik dengan ungkapan 'narsis dalam bahasa
gaul'; 'naris dalam bahasa akademis'; 'narsis dalam
perspektif elo'; dan --- dalam ---.
Perdebatan yang ditimbulkan hanya mencari pembenaran
atas pernyataan. Uniknya, masalah itu dipicu cerita
danau yang narsis.

Aku melihat ada pendekatan baru yang mencoba mengurai
narsis itu dari mana. Awalnya, kalau ku coba menafsir
dari cerita danau itu, ada seorang dewa yang 'tidak
menyukai' (mengapa pakai tanda petik ini ada
alasannya. Belum terdapat kepastian makna, sebab
cerita utuh dewa tersebut bagaimana tidak
jelas. Setidaknya, tanda petik ini berfungsi sebagai
asumsi awal.) seorang dewa.

Akhirnya: terjadilah kekecewaan dewi-dewi. Hasilnya,
si dewa itu 'dikutuk'. Menyukai diri-sendiri.
Melalui cerita itu aku melihat ada dua tokoh yang
terlibat pada kondisi 'pra-cerita danau'. Seorang dewa
dan sekelompok dewi. Dalam cerita danau, berubah
menjadi antara danau dengan sekelompok dewi.

Uniknya, ini yang menjadi pertanyaan, dari mana asal
narsis itu? <Narsis yang kumaksud memang kecintaan
pada diri sendiri, tentu dalam 'perspektif gua'
(narsis dalam bahasa aku)>

Tentu, ada beberapa pertanyaan pendahuluan.
Pertama,apakah narsis berasal dari dalam diri. Kedua,
apakah narsis berasal dari luar diri. Dan, diri yang
dimaksud tentu dalam arti sempurna jasmani. (Bagaimana
kalau seseorang itu buta? Apakah ia menjadi narsis?
Kalau benar, bagaimana caranya?)

==Untuk itu semua, diperlukan bantuan awal. Faktor apa
yang menjadikan seseorang tergolong narsis? Apakah
cinta? Terus, dari mana asal cinta itu? Kalau menurut
pepatah lama: itah ek atam irad - ikak ek nurut hawas
irad - hatnil ayngnatad anam irad...==

Kalau diuji pernyataan pertama, narsis berasal dari
dalam diri, maka ini menjadi sulit dijawab. Pasalnya,
bahan analisa adalah 'cerita pra-danau'. Ya, mungkin
karena manusia ingin mencoba dan selalu ingin tahu dan
selalu mencoba menembus batas, maka kita harus
memberanikan diri 'menduga' (mengapa menggunakan tanda
petik, tentu ada alasannya. Kali ini silahkan anda
yang menjawab. Mengapa? Tentu anda pun sudah dapat
memperkirakan.)

Untuk itu, kita harus masuk ke fase ketika manusia
lahir. Nah, apa yang terlintas dibenak ku ketika
manusia lahir, selalu ingin tahu. Perkataan ini belum
tentu mengandung TIDAK TAHU.
Kalau aku uraikan tentunya bakal panjang lebar, kaya'
jalan tol lah minimal. Kalau tidak kuuraikan panjang
lebar, ya pasti lah 'Sidang Pembaca' tidak akan
berantakan.

Pointnya, narsis itu berasal ketika seorang manusia
mengenal 'yang lain'. Entah itu manusia, entah itu
danau, entah itu ... apalah.. yang penting 'yang
lain'. Dengan cara itulah seseorang mengenal dirinya,
setelah mengenal-->ia memiliki dirinya-->membagi diri
kepada 'yang-lain' (dari cerita danau yang narsis-->
bisa ditafsir demikian bukan?). Setidaknya aku
berpikiran teori Intan tepat. Gua dukung dengan
catatan, redaksionalnya, kalau bisa : PADA DASARNYA
SEMUA ORANG ITU NARSIS (DAN 'TIDAK SALAH' MENJADI
NARSIS). HIDUP NARSIS. LET'S SING : EVERY BODY
NARSIS...'

__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around
http://mail.yahoo.com

No comments:

Post a Comment