07 February 2014

Belajar Move On

ILHAN dan Andra termasuk anak-anak yang mudah untuk move on, saya dan suami sangat bersyukur karenanya. Mulai dari mudahnya meninggalkan botol susu menjadi sippy cup lalu gelas biasa, sampai mudahnya mereka move on dari tidur bersama orang tua menjadi tidur di kamar sendiri

Sejak lahir, si kembar tidur bersama-sama dengan kami orangtuanya, karena kondisi yang tidak memungkinkan tidur di kamar sendiri. Saat itu kami masih mengontrak rumah yang hanya memiliki satu kamar, sehingga kami berempat harus tidur bersama dalam satu kamar, meski kadang Ilhan yang masih bayi tidur sendiri di box nya.

Tahun 2010 kami pindah ke rumah sendiri yang memiliki dua kamar tidur. Tetapi karena terbiasa tidur bersama dan belum memiliki ranjang sendiri yang memadai Ilhan dan Andra masih tidur di kamar Babeh dan Ambu.. Kebayang kan semakin lama tempat tidur semakin sempit. Satu kasur single pun ditambahkan di kamar kami.

Target kami, anak-anak harus sudah tidur sendiri saat masuk TK (keduanya masuk TK A pertengahan tahun 2012). Maka, jauh sebelum tempat tidurnya selesai dibuat, anak-anak sudah diberi pengertian untuk tidur di kamar sendiri. Kami memotivasi anak-anak dengan cerita bagaimana asyiknya punya kamar dan tempat tidur sendiri, menyenangkannya tidur di kasur bertingkat, dan pengalaman ambu babeh waktu kecil yang sangat senang punya kamar sendiri (cerita ambu babeh kecil seperti ini yang biasanya manjur)

Pertengahan 2012 anak-anak mulai eksodus ke kamar mereka. Setiap malam sebelum tidur ambu dan babeh bergantian menemani mereka, mendongeng dan membaca doa serta surat-surat pendek. Proses yang lumayan bikin pegel juga.. hehehe. Jika kami keluar kamar sebelum mereka terlelap, biasanya ada mahluk kecil yang turut membuntuti kami ke kamar... hihihi. "Lah, kok ikut kesini?" "aku kan belum ngantuk, aku mau main disini dulu" . Atau, tanpa kami sadari, ketika bangun pagi penghuni tempat tidur kami sudah bertambah dua anak kecil yang terlelap tanpa dosa, kadang dengan celana basah karena mengompol..huaa

Meskipun prosesnya sedikit menguji kesabaran kami, hari yang dinantikan itu pun akhirnya tiba.. Iya, dan tanpa kami sangka dan kami duga. Ceritanya begini, seperti biasa ketika akan tidur, Babeh mulai ngangon barudak dari kamar mandi untuk bersih bersih menuju ke kamar, lalu babeh tiduran di kasur Ilhan untuk ngelonin atau menemani anak-anak seperti biasa, sementara saya menunggu di ruang tengah. Tiba-tiba terdengar suara percakapan;

Ilhan : "Babeh jangan di kasur aku terus dong tidurnya, sempit nih"
Babeh : ya udah di kasur Andra aja ya.
Andra : jangan di kasur aku ah beh, sempiit
Babeh : Kalo gitu babeh dimana?
Andra : Babeh sama ambu ajaa..

Tak lama suamiku muncul sambil tersenyum. Senyumnya kusambut dengan ekspresi "yes!" tanpa mengeluarkan suara. Mulai saat itu hingga saat ini anak-anak tidak perlu ditemani lagi saat hendak tidur. Lumayan, kalau dihitung-hitung ternyata prosesnya relatif tidak terlalu lama, hanya beberapa bulan saja.

Psikolog anak dan keluarga Roslina Verauli (@verauli) dalam twitnya semalam dengan hashtag #tidur menyebutkan bahwa berdasarkan riset, anak yang tidur sendiri akan menjadi anak yang independen dan dapat membangun zona nyaman di crib-nya. Sementara itu orang tua tetap memiliki waktu yang memadai sebagai pasangan.

Alhamdulillah, banyak hal yang bisa kami pelajari dari anak-anak, salah satunya bagaimana mudahnya mereka move on tanpa banyak menyusahkan orang tua. Sebagai orang tua, kami juga terus menerus belajar mengumpulkan banyak-banyak sabar, terutama dalam menjalani proses, tidak menuntut segalanya berlangsung secara instan. Semoga kami bisa selalu menjadi orang tua yang bertumbuh bersama dengan anak-anaknya. Aamiin

No comments:

Post a Comment