12 April 2005

a comment

---------- Forwarded message ----------
From: karena terlalu pemalu, komentator minta tidak disebutkan namanya-terpaksa saya hapus
Date: Apr 12, 2005 10:00 PM
Subject: NVRSIS
To: intans@gmail.com

Begini, kalau ngomongin Narsis, -- tapi tunggu dulu, sebelum gua jelasin, gua ngirim comment lewat e-mail karna ga' ngerti ngirim lewat blog itu, jadi gua kirim lewat email, karena blog itu ga' gua ngerti, karena kaya'nya gua juga punya, entah apalah namanya, yang pasti ada dalam kepala, untuk memberi komentar mengenai apa yang kau tulis di blog yang tidak kutahu bagaimana cara mengirim comment, setidaknya ini yang kumaksud dengan 'tapi tunggu dulu' --

aku pikir tidak masalah. Ngomongin narsis. Dan, menjadi narsis aku pikir juga tidak bermasalah, mungkin lebih tepatnya tidak ada ruginya.
Mengenai koran yang elu baca, sudut pandang yang dipergunakan terlalu normal, maksud gua, pendapat dari psikolog yang memakai kacamata 'orang normal'.
Pendapat 'orang normal' yang didasarkan pada 'keumuman' tanpa pernah menyadari bahwa 'keumuman' itu pada dasarnya belum tentu benar.
Oleh karena itu, narsis kulihat tidak dalam kategori benar atau salah, cuma 'tidak ada salahnya'(entah apa maksud lebih jelasnya, cuma aku melihat kalimat ini yang lebih memenuhi apa yang mau kubilang).

Tindakan narsis itu apakah merugikan pribadi atau tidak, itu yang harus dipertanyakan; atau tindakan itu merugikan orang lain. Padahal, ini dalam pikiranku yang berspekulasi, rasanya tidak ada orang yang
dirugikan bila bertemu orang narsis. Yang ada hanya, kekecewaan perasaan personal melihat orang narsis.

Nah, dari kekecewaan itulah akhirnya menjadi'pengkategorian' penyakit, penyimpangan psikologis.
Padahal, kalau dipikir-pikir, dalam kehidupan ini kecewa adalah kenyataan. Dan, kalau atas dasar kecewa kita mendirikan 'kebenaran' mungkin agak aneh (walaupun mungkin, menurutku pemikir-pemikir besar juga berangkat dari kekecewaan), tapi aku masih ngerasa aneh.

Nah, batasan yang kita buat untuk menilai narsis adalah kekecewaan pribadi melihat pribadi yang lain.
Pribadi ini memiliki pengertian manusia, yang berarti unik. (Harus ada pembedaan dengan dasar kekecewaan pemikir terhadap kenyataan dunia di matanya.)

Mengapa begitu? Sebab yang penting didalam pengkategorian narsis, bermula dari pengakuan diri,
eksistensi diri. Saya ada. Bisa jadi ia menganut,'Saya narsis, maka saya ada', siapa tahu. Artinya,
ke-aku-an ia terungkap melalui perilaku narsis.

Nah, lagi... nih, narsis itu akhirnya menjadi pilihan pribadi, sesuai dengan keyakinan yang ia miliki.
Masalahnya, seberapa kuatkah pribadi tersebut melawan 'pendapat umum' yang menyatakan tindakannya menyimpang. Kalaupun tindakan dia menyimpang, bukankah salahnya juga terletak di 'pendapat umum' itu.

Bukankah si pribadi itu hidup di lingkungan umum?
Bukankah ke-diri-annya terbentuk melalui interaksi dengan lingkungan? Si pribadi tidak mendapatkan
penyimpangan itu dari Tuhan (wAhh... ekstrem banget)
Setidaknya ini yang aku coba untuk mengerti bagi orang narsis. 'Tidak ada salahnya.

diamante said : comment dibuat oleh seseorang yang kurang narsis, tetapi gue tau kok, sebenarnya beliau memiliki kecenderungan untuk narsis... ;)
Thanksss for your comment...!

No comments:

Post a Comment